LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN VI
“PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP”

OLEH :
NAMA
: ETRIYANTI
STAMBUK
: A1L1 15 088
KELOMPOK
: VI B
ASISTEN
PENBIMBING : LD. ABUDARMANTO
LABORATORIUM
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Telah
diperiksa dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Praktikum Kimia Anorganik
Percobaan VI “Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap” yang dilaksanakan :
Hari/tanggal
: Selasa, 21 November 2017
Waktu :
13.30 WITA – Selesai
Tempat :
Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
Kendari,
November 2017
Asisten Pembimbing
La Ode Abudarmanto
ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum kimia anorganik pembuatan
garam kompleks dan garam rangkap yang bertujuan untuk mempelajari
pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tertraamin tembaga (II) sulfat monohidrat. Praktikum ini didasarkan
pada pembentukan garam rangkap dan garam
kompleks dari larutannya dengan mengikat sebagian molekul air sebagai hidrat. Garam kompleks mengandung
ion-ion kompleks yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan molekul atau ion
yang terikat lebih kuat dari pada molekul air. Dan garam rangkap dibentuk
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.
Hasil pengamatan menunjukkan berat kristal Cu(NH4)2SO4.6H2O
secara praktek yaitu 0,6553 gram, secara teori yaitu 2,095 gram, sedangkan
rendemennya yaitu 31,27%. Berat kristal Cu(NH3)4SO4.H2O
secara praktek yaitu 2,8283 gram, secara teori yaitu 3,05 gram, rendemennya
yaitu 93,05 %.
Kata
kunci : Senyawa kompleks, garam rangkap, garam kompleks, ligan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan kimia biasanya ada yang
berbentuk padatan juga berbentuk larutan. Bahan atau zat kimia yang berbentuk
padatan jika ditinjau dari strukturnya terdiri dari bentuk kristal, amorf dan
semikristalin. Garam merupakan salah satu contoh bentuk zat padat yang
berbentuk kristal. Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi dari asam dan
basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Garam yang dikenal pada
umumnya yaitu garam dapur (NaCl) yang digunakan sebagai penambah rasa pada
makanan.
Garam NaCl merupakan salah satu contoh garam netral. Jika
ditinjau dari keadaan-keadaan ketika dilarutkan dengan sebuah pelarut, garam
dapat dibedakan menjadi garam kompleks dan garam rangkap. Garam kompleks
merupakan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan yang biasa
juga disebut dengan senyawa koordinasi. Contoh dari garam kompleks yaitu heksamminkobalt(III)
kloroda Co(NH3)6Cl3 dan kalium
heksasianoferat(III) K3Fe(CN)6. Garam rangkap merupakan garam yang
terdiri dari campuran bermacam-macam ion sederhana yang akan mengion apabila
dilarutkan kembali. Contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2O
dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
Umumnya, garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Kedua
jenis garam tersebut berbeda dari ion-ion yang dihasilkan serta sifat kimia dan
fisikanya. Selain itu, proses pembentukan dari garam rangkap
terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul
tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponen. Sedangkan garam kompleks yang terbentuk masing-masing
berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dilakukanlah praktikum pembuatan garam kompleks
Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O
dan garam rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu memahami dan mempelajari sifat dan pembuatan
garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat dan garam kompleks tetraammin
tembaga (II) sulfat monohidrat.
1.3 Prinsip Dasar Praktikum
Percobaan
ini didasarkan pada pembentukan garam rangkap dan garam kompleks dari
larutannya dengan mengikat sebagian molekul air sebagai hidrat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Senyawa
Kompleks
Senyawa
koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks, sehingga senyawa
koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang
dimaksudkan dalam senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah
berupa garam. Sehubungan dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau
senyawa kompleks sering juga dinamakan garam kompleks. Perlu Anda
ketahui, ada dua kemungkinan garam yang akan terbentuk ketika dua garam
sederhana atau lebih dicampurkan secara stoikiometri, yaitu a). garam yang
identitasnya hilang ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam semacam
ini dinamakan garam rangkap (double salt), dan b). garam yang identitasnya
tetap ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam semacam ini dinamakan
garam kompleks (complex salt) (Rosbiono, 2012).
Garam
kompleks yang dibuat didinginkan setelah itu dikeringkan. Produk yang
dihasilkan biasanya berupa bubuk higroskopis putih, kemudian disimpan kedalam
desikator melalui gel silika. Analisis kandungan garam bromida supernatan, di
uji dengan aliquot larutan perak nitrat, menegaskan bahwa pertukaran ion yang
terjadi telah selesai, tanpa adanya bromida yang terdeteksi dalam pencucian
(Fernanda & Watson, 2011).
“The
complex salts were freeze-dried afterward. The product, a white hygroscopic
powder, was stored in a desiccator over silica gel. Analysis of the bromide content
of the supernatants, tested with aliquots of silver nitrate (AgNO3) solution,
confirmed that the ion exchange was complete, with no bromide detectable in the
washing” (Fernanda & Watson, 2011).
Senyawa
kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan
ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen
dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan.
Ikatan tersebut terjadi ketika ion logam yang menjadi atom pusat, menyediakan
orbital kosong bagi pasangan elektron ligan untuk berkoordinasi (Elmila &
Martak, 2010).
2.2 Ligan
Ligan adalah
spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi,
sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya
NH3 molekul atom N) disebut ligan unidentat.Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral)
seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3,
atau molekul kompleks seperti piridin, C5H5N
(Petrucci, 1987).
2.3 Garam Amonium Sulfat
Garam
ammonium sulfat dapat terperangkap dalam pori zeolit dalam bentuk (NH4)2.Ca(SO4)2.
Impreknasi zeolit dalam larutan garam ammonium sulfat seperti yang dilakukan
dimaksudkan agar garam ammonium sulfat terdispersi ke seluruh bagian struktur
pori dan saluran zeolit secara merata, masuknya garam ammonium sulfat ke
seluruh bagian pori zeolit dapat terjadi dengan proses adsorbsi,.difusi maupun
migrasi. Penggunaan reaktan ammonium sulfat yang berlebihan akan bergabung
dengan garan yang terbentuk yaitu CaSO4 membentuk garam rangkap (NH4)2Ca(SO4)2,
sedangkan garam (NH4)2Ca(SO4)2 yang
ada di alam dikenal sebagai koktait (Taslimah,dkk, 2003).
Ion ammoniuum (NH4+)
sering ditemukan dalam level rendah dang tinggi
(ppm) di air sebagai hasil polusi dari pembuangan air kecil manusia.
Untuk kesehatan manusia, makanan yang terkontaminasi ammonium akan menyebabkan
korosi pada dinding mulut, esofagus, dan perut. Ion (NH4+)
dalam darah merupakan indikator kuat dari ketidaknormalan homositas nitrogen
yang menunjukan kerusakan hati (Ling, dkk, 2011).
“Ammonium (NH4+) ion is often found
at low levels (at ppm) or higher levels in natural waters as a result from the
pollution by sewage. For human
health, ingestion of NH4+ contaminated food may result in
corrosion of mouth lining, esophagus and stomach. An elevated NH4+ blood level is
considered a strong indicator of an abnormality in nitrogen homeostasis that
related is to liver dysfunction” (Ling, dkk, 2011).
2.3 Garam
CuSO4.5H2O
Kristal
CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak
dibutuhkan di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini
sangat luas. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal
biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam
nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Selain dengan
bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa
dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang
diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony, dkk, 2013).
CuSO4.5H2O
adalah salah satu garam yang tidak dapat mendeteksi adanya dispersi. Kemudian
Groendijk dan Gorter (pengukuran yang tidak dipublikasikan) menemukan fenomena
dispersi pada Cu(NH4)2.(SO4)2. 6H2O.
Ketepatan yang mereka peroleh bagaimanapun tidak memungkinkan penentuan
konstanta karakteristik
dan F. Karena perilaku magnetik dan kalori
garam tembaga pada suhu sangnat rendah dari eksperimen. Karena beberapa
perbaikan eksperimen yang dilakukan akhirnya didapatkan konstanta dari beberapa
garam, meskipun ketepatannya tidak begitu baik. Hal ini disebabkan rendahnya
penyerapan garam tembaga, ion tembaga hanya memiliki satu putaran (Broer &
Kemperman, 1947).

“CuSO4.5H2O
was one of the salts in which could not detected any dispersion. Later
Groendijk dan Gorter (unpublished measurements) found dispersion phenomena in
Cu(NH4)2.(SO4)2. 6H2O.
The accuracy obtainable with their apparatus however did not permit the
dtermination of the characteristic constants
dan F. As the magnetic and caloric behaviour
of copper salts at very low temperatures presents soms interesting features we
thought it justified to repeat and extend these experiments. Owing to some
improvements in the experimental technique we succeeded in obtaining the
relaxation constant of some salts, albeit the accuracy was not very good. This
is caused by the low susceptibility of copper salts, the copper ion having only
one spin” (Broer & Kemperman, 1947).

Cu(I) maupun Cu(II) adalah
spesies ion stabil dalam larutan netral dan larutan alkali
tanpa agen pengompleks NH3 atau CN-, denga penambahan
ammonia berlebih, tembaga dapat membentuk
ion yang stabil sebagai Cu(NH3)2+
and Cu(NH3)42+. Bilangan oksidasi reduksi dari reaksi Cu(II)/Cu(I)
dan
Cu(I)/Cu. Potensial oksidasi
reduksi Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2
lebih besar dari Cu(NH3)2+/Cu, dimana Cu(NH3)2+ berperan sebagai agen pengoksidasi. Potensial
oksidasi reduksi Cu(I)/Cu lebih besar dari hidrogen, dimana Cu(I) dapat
direduksi menjadi logam tembaga (Koyama, et all,
2006).
“Cu(I) nor Cu(II) are
stable ionic species in neutral and alkaline solutions without complexing
agents, NH3 or CN-. In the presence of excess ammonia,
however, Cu(I) and Cu(II) are stable as Cu(NH3)2+
and Cu(NH3)42+ in neutral and alkaline
solutions, respectively. The oxidation reduction reactions of Cu(II)/Cu(I) and
Cu(I)/Cu. The oxidation-reduction potential of Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2+is
greater than that of Cu(NH3)2+/Cu, which
indicates that Cu(NH3)2+can work as an
oxidizing agent for metallic copper in an ammoniacal alkaline solution. Also,
the oxidation-reduction potential of Cu(I)/Cu is greater than that of hydrogen
evolution (eq. (1)), which indicates that Cu(I) can be preferentially reduced
to metallic copper” (Koyama, et all, 2006).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
kimia anorganik pembuatan garam kompleks dan garam rangkap dilaksanakan pada
Selasa, 21-22 November 2017, pukul 13.30 WITA sampai selesai. Bertempat di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat yang
digunakan yaitu tabung reaksi,
gelas kimia 50 mL
dan 250 mL, gelas arloji, pipet volum 10 mL, gelas ukur 10 mL, 50 mL dan 100 mL, batang
pengaduk, pemanas, pompa vakum, filler, spatula, dan botol semprot.
3.2.2
Bahan
Bahan yang digunakan kristal CuSO4.5H2O,
kristal (NH4)2SO4, etanol, larutan
ammonia 6 M, larutan ammonia 15 M, CuSO4 anhidrat dan aquades.
3.3 Prosedur
Kerja
3.3.1
Pembuatan Garam Rangkap Kristal Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
Dilarutkan
2,495 gram CuSO4.H2O dan 1,32 gram ammonium sulfat,(NH4)SO4
dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml. Dipanaskan secara perlahan-lahan
sampai semua garam larut sempurna. Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin
pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal. Dibiarkan semalam hingga
diperoleh kristal yang banyak. Dilanjutkan pendinginan campuran itu dengan
water bath, kemudian di dekantir untuk memisahkan kristal dalam larutan. Dikeringkan
kristal dalam kertas saring. kristal yang diperoleh berbentuk monoklin. Ditimbang
kristal yang di hasilkan dan dicatat jumlah mol reaktan dan mol kristal hasil.
Kemudian dihitung persen hasilnya.
3.3.2
Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat
Sebanyak 4 ml larutan ammonia
15 M, diencerkan dengan 2,5 ml aquades kedalam cawan penguapan. Ditimbang 2,485
gram CuSO4.5H2O dan ditambahkan ktistal tersebut kedalam
ammonia dan sampai semua kristal larut sempurna. Ditambahkan 8 ml etil alkohol
secara perlahan-lahan melalui dinding gelas kimia sehingga tertutupi alkohol.
jangan diaduk atau digoyang dan dibiarkan semalam. Setelah didiamkan semalam,
diaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara sempurna. Dipisahkan kristal yang
terbentuk dengan didekantasi. Dipindahkan kristal kedalam kertas saring dan
dicuci dengan 3-5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang
perbandingan volumenya sama. Dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5
mL etil alkohol dan disaring dengan pompa. Ditimbang kristal kering yang
dihasilkan dan ditentukan beberapa mol ammonia yang diperlukan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Hasil Praktikum
4.1.1
Pembuatan Garam
Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
Tabel 4.1.1 Pembuatan
Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2,495
CuSO4. 5 H2O + 1,32 gram (NH4)SO4 +
10 mL gram aquades
Dipanaskan
secara perlahan-lahan sampai semua garam larut sempurna
Larutan
dibiarkan selama semalam
Dikeringkan
Kristal dalam kertas saring
Ditimbang
berat Kristal
|
Larutan
berwarna biru muda
Larut
Terbentuk
Kristal
Kristal kering berwarna
biru muda
Berat
kristal = 0,6553 g
|
4.1.2 Pembuatan Garam Kompleks Tetraammin Copper (II) Sulfat
Monohidrat
Tabel 4.1.2 Pengamatan
pembuatan garam kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
4 mL NH3 15 M + 2,5 mL aquades
|
Larutan bening
|
2.
|
Larutan NH3 + 2,495 gram CuSO4.5H2O. Diaduk
|
Larutan
berwarna biru tua
|
3.
|
Ditambahkan 8 mL etanol
|
Larutan biru tua
|
4.
|
Didiamkan selama semalam
|
Terbentuk
kristal warna ungu
|
5.
|
Kristal disaring
|
Kristal
terpisah dari larutan
|
6.
|
Kristal + 5 mL etanol + 5 mL NH3 15 M
|
Kristal
berwarna ungu
|
7.
|
Kristal ditimbang
|
Berat kristal = 2,8382 g
|
4.2
Reaksi Lengkap
Reaksi-reaksi yang terjadi :
1. CuSO4.5H2O
+ (NH4)2SO4 + H2O → (NH4)2Cu(SO4)
2.6 H2O
2. CuSO4.5H2O
+ 4 NH4CH → Cu(NH4OH)
SO4 + H2O
3. CuSO4.5H2O
+ 2 (NH4) 2SO4 → Cu(NH3)4 + (SO4) 3
4. CuSO4
+ 4 H2O → (Cu(OH)4)2+
+ SO42-
5. Cu(NH3)4(SO4)
3 → Cu2+ + 3 SO42-
+ 4 NH3
6. (NH4)2
Cu(SO4) 2→ 2
NH4+ + Cu2+ + 2 SO42-
7. Cu(NH3)4
SO4. H2O → [Cu(NH3)4]
2+ + SO42- +
H2O
8. [Cu(H2O)5]
SO4 + 4 NH3 → [Cu(NH3)4] SO4 + 5 H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pembuatan Garam Rangkap
mol
CuSO4.5H2O = 2,495 gram/185 gram/mol
= 0,01348 mol
mol (NH4)2SO4
= 1,32gram/132 gram/mol
= 0,01 mol

M 0,01348 0,01

S
0,005 0 0,005
(NH4)2Cu(SO4) 2.6 H2O = mol x
Mr
= 0,005 x 419
= 2,095 gram
%Rendemen
= berat hasil/berat teori x 100%
=
0,6553 gram/ 2,095 gram x 100 %
= 31,27 %
4.3.2
Pembuatan
Garam Kompleks
mol
CuSO4. 5 H2O = 2,495 gram/185 gram/mol
=
0,01348 mol
massa
jenis NH3 =

ρ =
m/v
m =
ρ x V
=
0,6942 gram/mL x 4 mL
=
2,7768 gram
mol NH3 =
2,7768 gram/ 17 gram/mol
=
0,16 mol

M 0,01348 0,16

S
- 0,011
0,01348
Massa
teoritis = mol Cu(NH3)4SO4
x Mr Cu(NH3)4SO4.
=
0,01348 mol x 227 gram/mol
=
3,05 gram
%
Rendemen = berat hasil/berat teori x 100 %
= 2,8382 gram/ 3,05 gram x 100
%
=
93,05 %
4.4 Pembahasan
Garam merupakan senyawa
yang umumnya merupakan hasil reaksi asam
dan basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Diantara jenis-jenis garam tersebut, ada juga
jenis garam berdasarkan pada keadaan ketika dilarutkan dengan sebuah pelarut.
Garam jenis tersebut disebut dengan garam kompleks dan garam rangkap. Dalam
larutan, garam rangkap merupakan
campuran berbagai macam ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Berbeda dengan garam kompleks yang akan menghasilkan ion-ion
kompleks dalam larutan. Contoh garam kompleks yaitu Co(NH3)Cl3,
K3Fe(CN)6 dan Cu(NH3)4SO4.H2O,
sedangkan contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)2SO4.5H2O,
K2SO4Al2(SO4)3.24H2O
dan Cu(NH4)2SO4.6H2O.
Garam
kompleks dan garam rangkap terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas
dari komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap
akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat
kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya
suhu. Pada percobaan ini, garam rangkap yang dibuat yaitu kupri ammonium sulfat
heksahidrat (Cu(NH4)2SO4.6H2O),
sedangkan garam kompleks yaitu tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O).
Pembuatan garam rangkap
dilakukan dengan mereaksikan CuSO4. 5H2O dengan (NH4)SO4
dengan pelarut aquades menghasilkan warna biru sebagai akibat dari campuran
yang kurang sempurna (heterogen). Pelarut aquades digunakan karena air
mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk
membentuk ion terhidrasi dan karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam
air serta tetap berupa satu spesies ion. Kemudian dipanaskan yang bertujuan
untuk mempercepat reaksi dan menambah kelarutan zat. Lalu didinginkan semalaman
agar suhu menjadi turun dan kelarutan zat menjadi berkurang sehingga terbentuk
kristal.
Kristal yang telah
didinginkan semalaman kemudian disaring dengan cara di dekantir. Kristal yang
diperoleh dipanaskan pada hot plate agar
sisa air yang terdapat dalam kristal menguap, sehingga didapatkan kristal garam
yang benar-benar murni. Kemudian dilakukan penimbangan untuk menentukan berat
kristal garam yang terbentuk. Kristal yang didapat berwarna biru yang
disebabkan oleh ion Cu2+ dan merupakan salah satu pembentuk garam
rangkap. Dalam percobaan pembuatan garam rangkap
didapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar 0,6553 gram,
sedangkan berat kristal secara teoritis adalah 2,095 gram. Dapat dilihat dari hasil
perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis
maka didapatkan persen hasilnya yaitu sebesar 31,27 %.
Percobaan pembuatan
garam kompleks dilakukan dengan mereaksikan CuSO4.5H2O
dengan larutan ammonia 15 M yang diencerkan dengan aquades sehingga warna
larutan menjadi biru pekat. Larutan ammonia (NH3) berfungsi
sebagai penyedia ligan, dan Kristal CuSO4.5H2O yang
berfungsi sebagai penyedia atom pusat, sedangkan pengenceran dengan aquades
adalah sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O
ini diganti oleh NH3, karena NH3 sebagai ligan kuat yang
dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru
menjadi biru tua. Pada proses ini etanol ditambahkan secara perlahan melalui
dinding tabung agar etanol tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat
menutupi larutan. Karena jika tercampur, etanol dapat bereaksi dengan atom
pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Selain itu, etanol
berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila
ammonia menguap, maka ligan akan habis. Kemudian kristal didiamkan semalaman
agar terbentuk kristal.
Kristal yang terbentuk dipisahkan dari filtratnya
dengan cara di dekantir, lalu di cuci dengan larutan ammonia dan etanol untuk
menghilangkan zat-zat pengotor yang masih mengendap dalam kristal. Kemudian di
cuci lagi dengan larutan etanol bertujuan untuk mengikat air dalam kristal.
Kristal kemudian dikeringkan dengan cara dipanaskan pada hot plate agar air yang ada dalam kristal habis menguap. Lalu
ditimbang untuk ditentukan berat kristal garamnya. Dalam percobaan pembuatan garam
kompleks didapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar 2,8382 gram,
sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah 3,05 gram. Dapat dilihat dari hasil
perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis
maka didapatkan persen hasilnya yaitu sebesar 93,05 %.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan pada percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan
garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)26H2O terbentuk dari CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
Kristal garam kupri ammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 0,6553 gram dengan % rendemen sebesar 31,27 %. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
terbentuk dari
reaksi antara CuSO4.5H2O dan NH3.
Kristal garam kompleks sebesar 2,8382 gram dengan % rendemen sebesar 93,05 %.
B.
Saran
Saran dari praktikum ini sebaiknya
ketika akan melakukan pratikum, terlebih dahulu di cek kelayakan bahan yang
akan digunakan, agar ketika melakukan praktikum tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Broer, L.J.F. and Kemperman J. 1947. Paramagnetic
Dispersion In Some Copper An Silver Salts. Physica,
13(8).
Elmila, Izza
& Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3]
dengan Menggunakan Kation Organik Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia FMIPA. SK-091304.
Fernanda,
Rosa Alves and Watson Loh. 2011. Vesicles prepared with the complex salts
dioctadecyldimethylammonium polyacrylates. Journal of Colloid and Interface Science.
Fitrony, Rizqy F., Lailatul Q., dan Mahfud. 2013.
Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik
Pomits 2(1).
Koyama, K., Mikiya T., and Jae-chun Lee. 2006. Copper
Leaching Behavior from Waste Printed Circuit Board in Ammoniacal Alkaline
Solution. Materials Transactions 47(7).
Ling,
Tan Ling., Ahmad, Musa., Heng, Lee Yook. 2011. Quantitative Determination of
Ammonium Ion in Aqueous Environment Using Riegler’s Solution and Artificial
Neural Network. Sains Malaysiana 40(10).
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.
Rosbiono,
Momo. 2012. Terminologi – Karakteristik – Metode Pendeteksian – Aplikasi,
Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul Kimia Anorganik.
Taslimah,
Muharam S., dan Sumardjo D. 2003. Pemerangkapan Garam Ammonium Sulfat Dalam
Zeolit. JSKA, 4(2).
Lampiran
1.
Diagram
Alir Prosedur Kerja
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium
Sulfat Heksahidrat




![]() |
- dilarutkan
dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
-
dipanaskan sampai semua garam larut sempurna
-
didiamkan semalam, sampai terbentuk kristal
yang banyak
![]() |
- disaring dengan menggunakan
kertas saring.
-
dikeringkan
![]() |
- ditimbang
- dicatat jumlah mol reaktan dan dan mol kristal hasil
-
dihitung persn hasilnya
![]() |
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O.
![]() |
- diencerkan
dengan 2,5 ml aquades dalam cawan penguapan
![]() |
- ditambahkan ke dalam ammonia
- diaduk
sampai larut sempurna
-
ditambahkan 8 ml etil alkohol melalui dinding gelas kimia sehingga larutan
tertutupi alkohol
-
dipindahkan Kristal kedalam kertas saring
- dicuci
dengan 3-5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang
perbandingan volumenya sama
- dicuci
sekali lagi dalam corong dengan 5 ml etil alkohol
-
dikeringkan
![]() |
- ditimbang
-
dihitung persen hasilnya
![]() |
Titanium sponge - Titsanium Art - Titsanium Art
BalasHapusTitsanium titanium wheels Art titanium belly rings is stainless steel vs titanium apple watch made of ceramic and wood surfaces. The Titsanium is made titanium framing hammer from Tithuan gold. babyliss pro nano titanium straightener It features three sprigs and is